Apa yang ada di benak dan pikiran kalian ketika
mendengar kata “stress”? Apakah kalian pernah ataukah sering mengalami stres ketika
sedang menghadapi suatu tekanan ataupun permasalahan yang kalian anggap sangat
berat sehingga membebani pikiran kalian? Yupz, tentu saja kalian sebagai
manusia pasti pernah mengalaminya, stress itu merupakan hal yang wajar dialami
oleh setiap orang. Menurut Selye (2004), dalam kehidupan kita stres
itu ada yang menguntungkan dan ada pula yang merusak.
Stres yang menguntungkan itu dapatmembantu
kita untuk tetap siaga dan menghasilkan prestasi yang baik sehingga dapat memberikan daya bagi
kita untuk berusaha lebih maksimal, lebih semangat, bahkan menjadi
lebih kreatif. Sedangkan stres yang merusak yaitu dapat menimbulkan rasa takut,
cemas, terganggu, ataupun lelah secara mental. Stres itu dapat dialami oleh
siapa saja, dari anak-anak, remaja, dewasa hingga tua. Namun jika dilihat pada
era globalisasi ini, yang mempunyai tingkat stres paling tinggi yaitu lebih
banyak dialami oleh para remaja khususnya siswa sekolah menengah. Sekolah juga
sebagai lembaga pendidikan formal merupakan salah
satu tempat bagi siswa untuk belajar. Sebagian besar waktu yang dimiliki oleh
siswa dihabiskan di sekolah untuk melakukan kegiatan akademik maupun non
akademik.
Menurut Sri Hastuti (1997),
menjadi pelajar merupakan tugas berat karena banyak
tuntutan dan tugas yang dibebankan oleh sekolah kepada
mereka. Selain itu, pelajar juga merupakan harapan keluarga dan
masyarakat. Tuntutan dan harapanyang terlalu besar tersebut dapat
berbalik menjadi beban dan stres bagi siswa (Sudiana, 2007:2).
Indikator stres yang dialami oleh siswa
antara lain frekuensi ketidakhadiran di luar batas toleransi, tidak terselesaikannya PR
dan rendahnya tingkat keterlibatan siswa dalam
kegiatan pembelajaran.Permasalahan substantif yang
dihadapi siswa di dunia pendidikan dikenal denganistilah stres akademik.
Perwujudan dari stres akademik antara lain adalah siswaenggan dan
malas mengerjakan tugas-tugas
kurikuler, sering bolos
denganberbagai alasan, dan
mencontek atau mencari
jalan pintas dalam
mengerjakantugas.Nah itu tadi sedikit uraian mengenai stres, untuk lebih
jelasnya Matheny dan Carty (Arif Nurrakhman, 2009) menyebutkan gejala stres
yg ditandai dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Fisik;
ditandai dengan perubahan
berat badan, kelelahan
fisik, memegangbenda secara erat,
tangan lembab dan dingin, otot tegang, gigi gemeretak,sakit kepala,
sering masuk angin,
keluar keringat dingin
dan tubuh tidakmampu beristirahat secara maksimal
2. Perilaku; ditandai
dengan sering menggerutu,
insomnia,
menyendiri,berbohong,
melamun, gugup, menyalahkan orang
lain,
membolos,ketidakmampuanmenolong diri sendiri, acuh tak acuh dengan
penampilan,dan kesulitan mendisiplinkan diri.
3. Pikiran; mudah lupa, tidak memiliki
tujuan yang jelas, tidak bisa menentukanprioritas dalam
hidup, bingung, prestasi
menurun, tidak bisa
menentukanpilihan, kehilangan harapan, berfikir negatif, merasa diri
suka menyendiri,merasa tidak berguna,dan merasa tidak bisa menikmati hidup
4. Emosi; ditandai dengan rasa gelisah,
mudah marah, takut, mudah menangis,merasa
diabaikan, mudah tersinggung,
cemas, tidak merasakan
kepuasan,kebahagiaan dan kedamaian, mudah panik dan tidak memiliki rasa
humor.
Selain gejala-gejala stres yang telah diuraikan
diatas tadi, adapula aspek-aspek strategi pengelolaan stres yang juga harus kalian
perhatikan, menurut Folkman dan Lazarus (Amelia, A.T, 2008) antara lain sebagai
berikut:
1. Seeking social support, mencoba untuk memperoleh informasi
atau dukungansecara emosional.
2. Distancing, mengeluarkan upaya kognitif untuk
melepaskan diri dari masalahatau membuat sebuah harapan positif.
3. Escape avoidance,
mengkhayal mengenai situasi
atau melakukan tindakanmenghindar dari situasi yang tidak
menyenangkan.
4. Self
control, mencoba untuk
mengatur perasaan diri
sendiri atau tindakandalam hubungannya untuk menyelesaikan
masalah.
5. Accepting responsibility, menerima untuk menjalani masalah yang
dihadapisementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya.
6. Positive reappraisal,
mencoba untuk membuat
suatu arti positif
dari darisituasi dalam masa
perkembangan kepribadian, kadang-kadang dengan sifatyang religius.
Nah,..kalian disini juga perlu tahu berapa
variasi strategi yang dapat dilakukan untuk mengelola stres. Menurut suatu studi yang dilakukan oleh
Folkman et al.
(Reina Wangsadjaja, 2010) mengenai kemungkinan
variasi dari kedua
strategi terdahulu, yaitu problem-focused
coping dan emotion focused coping. Hasil studi tersebut menunjukkan
adanya delapan strategi coping yang muncul, yaitu sebagai berikut:
1. Problem-focused coping
a. Confrontative coping, yaitu usaha untuk mengubah keadaan
yang dianggap menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup
tinggi, dan pengambilan resiko.
b. Seeking social
support, yaitu usaha
untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan informasi
dari orang lain.
c. Planful problem solving, yaitu usaha untuk mengubah keadaan
yang dianggap menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analitis.
2. Emotion focused coping
a. Self-control, yaitu usaha untuk mengatur perasaan
ketika menghadapi situasi yang menekan.
b. Distancing;
yaitu usaha untuk
tidak terlibat dalam
permasalahan, seperti menghindar
dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-apa atau menciptakan
pandangan-pandangan yang positif,
seperti menganggap masalah
sebagai lelucon.
c. Positive reappraisal, yaitu usaha mencari makna positif
dari permasalahan dengan terfokus pada pengembangan diri, biasanya juga
melibatkan hal-hal yang bersifat religius.
d. Accepting responsibility, yaitu usaha untuk menyadari tanggung
jawab diri sendiri dalam permasalahan
yang dihadapinya dan
mencoba menerimanya untuk membuat
semuanya menjadi lebih baik. Strategi ini baik, terlebih bila masalah terjadi
karena pikiran dan tindakannya sendiri. Namun strategi ini menjadi tidak
baik bila individu tidak
seharusnya bertanggung jawab atas masalah tersebut.
e. Escape/ avoidance, yaitu usaha untuk mengatasi situasi
menekan dengan lari dari situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih
pada hal lain seperti makan, minum, merokok, atau menggunakan obat-obatan.
Demikian tadi uraian mengenai bentuk variasi strategi pengelolaan
stres. Bagaimana dengan kalian? Apakah selama ini cara mengelola stres yang
kalian lakukan ada yang termasuk strategi pengelolaan stres yang sudah
diuraikan diatas? Lebih cenderung pada strategi problem-focused coping ataukah emotion focused coping yang sering kalian
lakukan? Semoga dengan beberapa penjelasan tadi dapat membantu kalian untuk
dapat mempermudah melakukan strategi meningkatkan pengelolaan stres khususnya
untuk para siswa/pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar