Kamis, 20 Desember 2012

STRATEGI MENINGKATKAN PENGELOLAAN STRESS TERHADAP SISWA




Apa yang ada di benak dan pikiran kalian ketika mendengar kata “stress”? Apakah kalian pernah ataukah sering mengalami stres ketika sedang menghadapi suatu tekanan ataupun permasalahan yang kalian anggap sangat berat sehingga membebani pikiran kalian? Yupz, tentu saja kalian sebagai manusia pasti pernah mengalaminya, stress itu merupakan hal yang wajar dialami oleh setiap orang. Menurut Selye (2004), dalam kehidupan kita stres itu ada yang menguntungkan dan ada pula yang merusak.  Stres  yang  menguntungkan  itu dapatmembantu kita untuk tetap siaga dan menghasilkan prestasi yang baik sehingga dapat  memberikan  daya  bagi kita untuk berusaha lebih maksimal, lebih semangat, bahkan menjadi lebih kreatif. Sedangkan stres yang merusak yaitu dapat menimbulkan rasa takut, cemas, terganggu, ataupun lelah secara mental. Stres itu dapat dialami oleh siapa saja, dari anak-anak, remaja, dewasa hingga tua. Namun jika dilihat pada era globalisasi ini, yang mempunyai tingkat stres paling tinggi yaitu lebih banyak dialami oleh para remaja khususnya siswa sekolah menengah. Sekolah juga sebagai lembaga pendidikan formal merupakan salah
satu tempat bagi siswa untuk belajar. Sebagian besar waktu yang dimiliki oleh siswa dihabiskan di sekolah untuk melakukan kegiatan akademik maupun non akademik.
Menurut Sri Hastuti (1997), menjadi pelajar merupakan tugas berat karena banyak 
tuntutan dan tugas yang dibebankan oleh sekolah kepada mereka. Selain itu, pelajar juga merupakan harapan keluarga dan masyarakat. Tuntutan dan harapanyang terlalu besar tersebut dapat berbalik menjadi beban dan stres bagi siswa (Sudiana, 2007:2). Indikator    stres    yang    dialami    oleh    siswa antara lain frekuensi ketidakhadiran di luar batas toleransi,  tidak  terselesaikannya PR dan rendahnya  tingkat  keterlibatan  siswa  dalam
kegiatan  pembelajaran.Permasalahan substantif yang dihadapi siswa di dunia pendidikan dikenal denganistilah stres akademik. Perwujudan dari stres akademik antara lain adalah siswaenggan  dan  malas  mengerjakan  tugas-tugas  kurikuler,  sering  bolos  denganberbagai  alasan,  dan  mencontek  atau  mencari  jalan  pintas  dalam  mengerjakantugas.Nah itu tadi sedikit uraian mengenai stres, untuk lebih jelasnya Matheny dan  Carty (Arif Nurrakhman,  2009) menyebutkan  gejala stres yg ditandai dengan
 ciri-ciri sebagai berikut:

1.      Fisik;  ditandai  dengan  perubahan  berat  badan,  kelelahan  fisik,  memegangbenda secara erat, tangan lembab dan dingin, otot tegang, gigi gemeretak,sakit  kepala,  sering  masuk  angin,  keluar  keringat  dingin  dan  tubuh  tidakmampu beristirahat secara maksimal
2.      Perilaku;   ditandai   dengan   sering   menggerutu,   insomnia,   menyendiri,berbohong,    melamun,    gugup,    menyalahkan    orang    lain,    membolos,ketidakmampuanmenolong diri sendiri, acuh tak acuh dengan penampilan,dan kesulitan mendisiplinkan diri.
3.      Pikiran; mudah lupa, tidak memiliki tujuan yang jelas, tidak bisa menentukanprioritas  dalam  hidup,  bingung,  prestasi  menurun,  tidak  bisa  menentukanpilihan, kehilangan harapan, berfikir negatif, merasa diri suka menyendiri,merasa tidak berguna,dan merasa tidak bisa menikmati hidup
4.      Emosi; ditandai dengan rasa gelisah, mudah marah, takut, mudah menangis,merasa  diabaikan,  mudah  tersinggung,  cemas,  tidak  merasakan  kepuasan,kebahagiaan dan kedamaian, mudah panik dan tidak memiliki rasa humor.

Selain gejala-gejala stres yang telah diuraikan diatas tadi, adapula aspek-aspek strategi pengelolaan stres yang juga harus kalian perhatikan, menurut Folkman dan Lazarus (Amelia, A.T, 2008) antara lain sebagai berikut:
1.      Seeking social support, mencoba untuk memperoleh informasi atau dukungansecara emosional.
2.      Distancing, mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri dari masalahatau membuat sebuah harapan positif.
3.      Escape avoidance,  mengkhayal  mengenai  situasi  atau  melakukan  tindakanmenghindar dari situasi yang tidak menyenangkan.
4.      Self  control,  mencoba  untuk  mengatur  perasaan  diri  sendiri  atau  tindakandalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah.
5.      Accepting responsibility, menerima untuk menjalani masalah yang dihadapisementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya.
6.      Positive  reappraisal,  mencoba  untuk  membuat  suatu  arti  positif  dari  darisituasi dalam masa perkembangan kepribadian, kadang-kadang dengan sifatyang religius.

Nah,..kalian disini juga perlu tahu berapa variasi strategi yang dapat dilakukan untuk mengelola stres. Menurut suatu  studi yang dilakukan  oleh  Folkman  et  al.  (Reina  Wangsadjaja,  2010) mengenai  kemungkinan  variasi  dari  kedua  strategi  terdahulu,  yaitu  problem-focused coping dan emotion focused coping. Hasil studi tersebut menunjukkan adanya delapan strategi coping yang muncul, yaitu sebagai berikut:
1.      Problem-focused coping
a.       Confrontative coping, yaitu usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi, dan pengambilan resiko.
b.      Seeking   social   support,   yaitu   usaha   untuk   mendapatkan   kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang lain.
c.       Planful problem solving, yaitu usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analitis.
2.      Emotion focused coping
a.       Self-control, yaitu usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang menekan.
b.      Distancing;  yaitu  usaha  untuk  tidak  terlibat  dalam  permasalahan,  seperti menghindar dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-apa atau menciptakan pandangan-pandangan  yang  positif,  seperti  menganggap  masalah  sebagai lelucon.
c.       Positive reappraisal, yaitu usaha mencari makna positif dari permasalahan dengan terfokus pada pengembangan diri, biasanya juga melibatkan hal-hal yang bersifat religius.
d.      Accepting responsibility, yaitu usaha untuk menyadari tanggung jawab diri sendiri  dalam  permasalahan  yang  dihadapinya  dan  mencoba  menerimanya untuk membuat semuanya menjadi lebih baik. Strategi ini baik, terlebih bila masalah terjadi karena pikiran dan tindakannya sendiri. Namun strategi ini menjadi  tidak  baik  bila individu  tidak  seharusnya  bertanggung jawab  atas masalah tersebut.
e.       Escape/ avoidance, yaitu usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal lain seperti makan, minum, merokok, atau menggunakan obat-obatan.

Demikian tadi uraian mengenai bentuk variasi strategi pengelolaan stres. Bagaimana dengan kalian? Apakah selama ini cara mengelola stres yang kalian lakukan ada yang termasuk strategi pengelolaan stres yang sudah diuraikan diatas? Lebih cenderung pada strategi problem-focused coping ataukah emotion focused coping yang sering kalian lakukan? Semoga dengan beberapa penjelasan tadi dapat membantu kalian untuk dapat mempermudah melakukan strategi meningkatkan pengelolaan stres khususnya untuk para siswa/pelajar.
           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar